tahun 2014 pas lebaran |
tahun 2009 |
Tulisan ini dibuat karena ada lomba,,,jadi aku ingat saja memori-memori tentang ibu tapi cerita akhirnya mengambil dari film visit my mom
Banjarmasin,
28 November 2014
Aku
ingat ketika engkau mengobatiku dengan telaten ketika aku sakit apapun bahkan
yang terparah ketika adikku melemparkan gunting ke mataku engkau langsung
mengayuh sepeda dengan keadaanku yang memegang mata sebelah kananku yang berdarah
dan memboncengku dengan cepat sekali menuju kantor ayah lalu langsung ke rumah
sakit. Aku lihat wajahmu sangat pucat dan sangat khawatir.
Aku
ingat ketika engkau dengan keras kepalamu ingin menyekolahkan aku ke pesantren,
engkau bekerja banting tulang demi mewujudkan impianmu itu. Setelah aku lulus
dari pesantren engkau tak bisa menghadiri kelulusanku. Engkau kecewa, pedih,
meneteskan air mata tetapi aku tahu engkau adalah orang yang paling berbahagia
melihat kelulusanku.
Aku
ingat waktu kecil engkau merebahkan kepalaku di atas pahamu dan membersihkan
telingaku dengan sebuah peniti dan kapas. Engkau merasa heran kenapa anaknya
mempunyai banyak kotoran telinga. Engkau menasehatiku untuk menjaga kebersihan
badan tapi aku malah keenakan.
Aku
ingat ketika engkau dengan semangat menceritakan masa kecilku yang main
tentara-tentaraan, dibawa nenek antah berantah, atau buang hajat di lemari.
Engkau menceritakan ulahku yang nakal, yang nggak bisa diatur, lucunya aku, dan
kejadian yang sebagian saja kuingat.
Aku
ingat ketika engkau mengatakan bahwa hal terbaik yang pernah dilakukannya
adalah melahirkanku. Hal lain yang aku ingat ketika engkau bilang alasanmu
hidup adalah aku dan adik-adikku. Hal itu cukup menyentuhku padahal aku tahu
engkau saat itu habis bercerai dengan ayah.
Aku
ingat ketika aku memutuskan kuliah engkau mempersiapkan segala keperluanku
meskipun saat itu engkau mempunyai sedikit uang. Setiap berangkat dari Grogot
ke Banjarmasin engkau tak lupa mencium keningku seraya mendoakan yang baik-baik
untukku. Hal itu mebuatku berat untuk meninggalkanmu.
Aku
ingat ketika engkau mengungkapkan rasa bahagiamu ketika kuajak jalan-jalan,
engkau berkali-kali mengucapkan rasa terima kasih dan aku ingat ketika engkau
mengatakan perasaanmu yang bahagia ketika hari ibu tanggal 22 Desember aku menyanyikan
3 lagu tentang ibu, dari suaramu engkau terlihat langsung berubah. Aku tahu
saat itu kebahagiaanmu meledak tiada terkira.
Aku
ingat betapa engkau menutupi perasaan sakit hatimu dengan berbicara dengan nada
baik-baik saja ketika engkau mengetahui adikku hamil dan kabur dari rumah ayah.
Saat itu engkau butuh didengarkan segala curahan hatimu yang tersayat berita
yang membuat ragamu tak lagi tak kuat menopang beban tapi engkau tetap tegar.
Aku
ingat ketika engkau bahagia ketika engkau berfoto dengan tiga anakmu. Engkau bahagia
ketika idul fitri datang karena semua anakmu datang berkumpul dan bertemu
ibunya.
Aku
ingat kapanpun aku susah, engkau selalu menghiburku. Jika aku menangis, engkau
menangis lebih dariku. Saat aku sedih, hatinya pun ikut sedih. Itulah seorang
Ibu.
Maafkan
aku bila dulu aku malu mempunyai ibu yang berdagang baju dan punya warung
kecil. Dulu aku mengira bahwa itu pekerjaan hina tapi aku sepenuhnya salah
karena tak punya pemikiran sedewasa sekarang, dulu aku cuma dengar apa kata kawan-kawan
yang sebenarnya tak perlu didengar. Hatimu saat kukatakan aku malu mempunyai
ibu sepertimu seakan-akan berkata “ibu juga akan malu kalau punya ibu seperti
ini” engkau pun menyembunyikan tangismu.
Maafkan
aku karena tidak menurut perkataanmu, karena membuat engkau kesepian, karena
sering mengecewakan engkau, karena menutup telpon lebih dulu, pernah berkata
kasar kepada engkau, dan pernah berbohong kepadamu.
Aku
rindu dekapanmu engkau, aku rindu saat engkau menggapai tanganku dan menaruh
kepipimu, aku rindu saat ibu menyakinkanku bahwa engkau akan melindungiku dan
berbuat apa saja untukku.
Ibuku,
aku masih terus hidup meski aku telah mengantarmu pergi. Hari-hari telah
berlalu dan semakin dekat bertemu denganmu. seharusnya aku cepat menyusulmu dan
berbicara denganmu agar engkau tak kesepian. Aku sangat bodoh, aku tak bisa
tidur karena khawatir, aku tak bisa bertemu denganmu lagi meski perasaanku
sudah mati.
Ibuku,
jika engkau mendengar kematianku. Engkau harus mencariku, jangan biarkan aku
tersesat. Ibuku, jadilah ibuku lagi di kehidupan mendatang.
Aku
menyayangimu, engkau Ibuku.
Iqbal
Paris, Tanah Paser, 8 juni 1991, semester 9 Institut Agama Islam Negeri
Antasari Banjarmasin. Sekarang tinggal di Jl A.Yani Km 4,5 Manunggal 2 gang 7
bagus-bagus.. lanjutkan..
ReplyDelete:'( Specless ... aku selalu tahu bahwa kakakku adalah orang baik ... maaf pernah meninggalkan luka dimata pian
ReplyDelete